aku simpan kamu di sisi hati. tempat yang sempat kamu porak-porandakan beberapa bulan yang lalu.
mungkin kamu malu. mungkin juga kamu sudah tidak tertarik. aku tahu apa?
kamu pernah berkata bahwa kamu akan kembali. bahwa sejauh apapun kamu pergi, pada akhirnya akan kembali padaku.
setiap orang boleh pergi, menjelajah, mencari apa yang mereka inginkan. namun selalu tersedia tempat pulang untuk berlabuh. mungkin itu yang sedang kamu lakukan saat ini. bertualang dan aku menunggumu pulang.
membubut pakaian yang melambai-lambai di besi tipis jemuran. merabanya sebelum benar-benar aku masukan pada keranjang.
masih basah.
namun aku terus menariknya karena hujan sebentar lagi akan turun.
mungkin seperti itu kiranya aku menunggumu. menghabiskan waktu dengan memasak, mencuci dan menyapu. hingga aku berharap akan menemui senja di mana kamu akan datang tepat di depan pintu, ketika aku sedang duduk di beranda dan menikmati teh panas.
kamu seharusnya datang, seperti yang pernah kamu ucapkan.
kamu akan pulang, kan?
dan aku ... akan jadi persimpangan terakhir setelah kamu puas mencumbui berbagai aroma parfum wanita.
meskipun aku tahu, persimpangan itu masih jauh dari jangkauanmu. kita masih terlalu muda, masa depan masih panjang--seperti yang kamu bilang. dan tentu, sekarang bukan saatnya pulang.
aku adalah rumah. tempat terakhir kamu menambatkan hati. karena sejauh apapun kamu pergi, kamu akan kembali padaku lagi. seperti yang pernah kamu bilang.
jika saatnya tiba dan aku tidak mendapatimu pulang ... mungkin sudah jalan kita untuk tidak bersama-sama.
mungkin aku memang bukan ditakdirkan untukmu. atau ... jangan-jangan kamu yang bukan ditakdirkan untukku?
masih banyak waktu untuk merubah pikiran dan haluan. menegaskan pada angin bahwa bukan itu arah yang akan aku lewati. bukan itu kutub positifku ... bukan kamu ...
namun semakin banyak waktu, semakin pula aku menyadari bahwa aku cinta kamu. aku ingin kamu. bahkan ketika detik itu aku melihatmu dengan perempuan lain. bukan dia yang mencintai kamu. tapi kalian saling mencintai.
pelukan itu ... senyuman itu ... sayang itu ... cinta itu ... seharusnya punya aku.
semuanya terasa jauh dari harapan. aku mungkin bukan lagi tempatmu pulang. kamu sudah merubah teori itu, entah sejak kapan.
meskipun kamu bukan milikku ... cintamu bukan untukku ... dan aku tak punya sama sekali hak atas tubuh itu ... tapi, bolehkan aku menyisipkan namamu di hatiku? untuk aku simpan karena aku ingin itu abadi, karena aku ingin menyediakan sepetak tempat di hatiku untuk kamu. meskipun kelak aku akan jatuh cinta lagi.
No comments:
Post a Comment
jangan jadi silent reader, tinggalkan komentar atau mention @tersugakan