Saturday, July 15, 2017

Pikiran Saya Setelah Membaca Cerpen Kuntowijoyo - Dilarang Mencintai Bunga-Bunga

Hari Sabtu, selepas maghrib saya membaca Cerpen itu. Bahasa yang digunakan oleh beliau memang terasa bernyawa sejak dari kalimat pertama. Selesai baca saya merasa harus menuliskan review di kolom komentar kalau itu adalah sebuah postingan. Tapi, berhubung itu adalah sebuah buku ... jadi saya memutuskan untuk menuliskannya di sini. Saya tulis langsung setelah saya membacanya karena saya rasa ini perlu segera ditulis sebelum lupa.


Cerpen ini diawali dengan kepindahan si Bocah ke kota. Dia penasaran pada tetangga di sebelah rumahnya. Ketika saya membaca kisah ini saya merasa seperti diaduk-aduk. Seperti ada unsur magisnya. Saya merasa kesal sama perilaku si kakek. Aneh. Asli aneh. Saya mikir dia bikin si bocah jadi PEMALES tau gak. Jadinya saya gregetan. Dan saya rasa dia Sok suci banget. Kesucian yang bikin saya muak semuak-muaknya. karena... hidup gak bisalah kalau melulu teori ketenangan jiwa. itu mah bukan ketenangan jiwa, kek. itu pemales. kalo orang-orang cuma tau ketenangan jiwa siapa yang buat negera ini maju huhuhuhu. saya lebih suka sama karekter si ayah. dia lebih realistis. Ya Allah baru kali ini saya bisa sekesel ini sama tokoh fiksi. asli. hahaha. wajib baca sih soalnya itu ceritanya bener-bener membius kayak ada efek anastesi. sampai sekarang aja saya masih kesel sm tokoh si kakek. dunia tidak bekerja seperti itu, kek. teori anda cuma cocok bagi orang-orang yang kerjanya cuma nafsu sama bunga. si kakek bilang mereka memakai budi. padahal mah sama-sama aja. sama-sama budak nafsu. ayahnya nafsu bekerja, kakek nafsu merenungi bunga. kalo gak nafsu mah gak akan kerjaannya cuma mandangi bunga doang. tp yang bikin jembatan, listrik, ngebangun rumah pke org lain. pokoknya dalam pikiran saya si kakek itu pemales titik!
fiuhh masih sebel sama si kakek yang mencerminkan orang2 munafik :(

No comments:

Post a Comment

jangan jadi silent reader, tinggalkan komentar atau mention @tersugakan