Friday, July 13, 2012

love in london (part2)



Baca part satu di sini

Beberapa bulan setelah kejadian itu hubungan antara aku , Darel  dan Edgar masih baik-baik saja walaupun dapat kucium aroma persaingan diantara mereka.
Aku terdiam di maja kerjaku dan memutar-mutar bolpoint. Ternyata begini rasanya ketika bingung menentukan pilihan. Darel lee dan Edgario sama-sama tampan dan punya ciri khas tersendiri. Mereka juga baik. Kenapa aku merasa kisah cintaku seperti sebuah lagu ya? Ah yang benar saja!
Drrt drrt…
Ponsel di meja kerjaku bergetar menandakan satu pesan yang masuk
From: Darel
Bisa ke London bridge?                    
                                          
                  ***
Aku merapatkan mantelku dan berjalan menyusuri sungai thames. Memandangi lampu-lampu yang bersinar indah di tengah kegelapan. London bridge terlihat indah kapanpun aku melihatnya, tidak peduli itu malam atau siang. Tempat ini tetaplah tempat paling romantis.
Sepatu bot ku yang beradu dengan jembatan kokoh ini menghasilkan suara yang khas. Aku diam menghadap sungai dan memandangi pantulan cahaya bulan di atas sungai yang membuatnya berkilauan. Airnya begitu tenang dan membuat aku merasa tenang juga. Kubenamkan tanganku ke saku mantel. Topi rajut di kepalaku cukup membuatku hangat. Aku memutar badanku untuk melihat jalanan. Ada bis tingkat dua dan juga kendaraan lainnya yang melintas walaupun tidak terlalu padat.
Kuhirup udara dalam-dalam dan mencari sosok Darel  disitu. Belum juga tampak. Aku kembali mengalihkan pandanganku ke sungai thames.
Rupanya kau disini.”
Aku menoleh dan melihat Darel  sudah ada di sampingku.
Kau.. Ada apa menyruhku kesini?” tanyaku.
Hanya ingin menghabiskan waktu bersamamu.”
Aku kembali menatap sungai thame. “Aku kira ada sesuatu yang penting. timpalku.
Mari menyusuri sungai ini dan berbincang tentang suatu hal,” ajak Darel seraya menarik lenganku. Badanku terhuyung mengikuti langkahnya. Aku mendongkak melihat kepala belakangnya dan rambut hitamnya yang di potong begitu rapih.
Dia… masih sama… penuh kejutan.
Aku mensejajarkan langkahku dengannya.
Jadi.. selama ini kamu pergi kemana,Rel?” tanyaku.
Bisa ku dengar dia mendesah, tanpa berminat menjawab pertanyaanku.
Jangan bicarakan itu.”
Kami terus berjalan dengan pelan. Sampai akhirnya aku menemukan sosok Edgar tengah serius memandangi sungai thames. Ketika kami melewatinya , tiba-tiba saja ia memutar badannya dan melihat aku dan Darel .
Edgar, kau sendirian?” tanyaku. Dia mengangkat bahunya dan berkata, “Seperti yang kau lihat.”
Mau bergabung bersama kami?”  Darel  menyikut lenganku seolah berkata bahwa itu bukan ide yang bagus. Namun Edgar tetap mengangguk meng-iyakan pertanyaanku.
Kini aku berdiri diantara mereka berdua. Aku dan Darel  tertawa karena mengingat masa lalu kami yang konyol, bercanda satu sama lain dan melakukan hal menyenangkan lainnya. Mulai dari dia yang menarik topi rajutku dan meletakan di tangannya yang ia letakan tinggi-tinggi. Dengan bodohnya aku berusaha mengambil topi itu sambil melompat-lompat menggapainya. Tawanya semakin lebar sampai ia berlari menghindariku. Aku merasa senang dan tidak memedulikan apapun yang ada di sekitarku. Yang aku rasa adalah aku menikmati permainan ini.
Hahaha…”
Oh.. iya aku ingat kejadian itu!” ucapku setelah mendengar perkataan dari Darel. Darel baru saja bercerita tentang masa lalu kami.
Hahaha… iya hahaha.” Darel ikut tertawa.
Mengingat cerita konyol di masa lalu memang menyenangkan.
Maaf,” ucap Edgar. Aku menoleh ke arahnya dan tawaku terhenti.
Maaf, tapi sepertinya aku mengganggu acara kalian.” katanya lagi.
Aku segera mengangkat dua tanganku dan menggoyangkannya,”Sama sekali tidak, Gar.”
Sekarang sudah jelas. Siapa yang kamu pilih. Darel  lebih cocok untukmu. Kembalilah padanya. kita tidak mungkin terus bersama seperti ini. Kau tidak mau ada yang merasa sakit kan?” ucap Edgar lagi.
Mataku melebar. Aku melihat Darel  dan Edgar bergantian. “tapi, Gar.”
Aku belum siap melepaskan Edgar pergi dari hidupku. Dia yang selama ini menemaniku ketika Darel  tak mampu melakukannya. Edgar juga selalu memberikan masakan terbaiknya untukku.
Aku mengerutkan keningku dan menahan lengan Edgar. “Gar,”
Kita masih bisa berteman,” ujarnya.
Tapi, aku belum..” ucapanku terhenti. Aku takut suaraku terdengar bergetar di telinga mereka.
Edgar menggeleng , “Terimakasih untuk semuanya, Lanna.”
Gar!” suaraku semakin keras seiring dengan tanganku yang semakin keras menahan Edgar pergi.
Dia melepas tanganku dari mantelnya. “Semoga kita bertemu di lain waktu.”
Edgar melangkah pergi . Aku masih mematung melihat punggungnya yang semakin lenyap diantara keramaian. Mataku tak juga berkedip sampai aku merasa perih.
Edgaaar!!” 
Namun aku yakin Edgar tak akan mendengar teriakanku. Aku menunduk memandangi sepatuku, yang bisa kulakukan hanyalah menerima kenyataan. Benar apa yang dikatakan Edgar, tidak mungkin untuk terus bersama. Karena aku tidak mampu memilih maka dialah yang memilih untuk pergi.
                                                            ***
Aku berjalan menyusuri taman hyde sendirian. Aku hanya butuh sedikit ketenangan dan waktu untuk menerima semuanya.
Aku duduk dan bersender di bangku taman dan menengadahkan mukaku ke langit. Sekarang… tidak ada lagi yang akan memasak masakan Eropa untukku atau bercerita tentang karirnya sebagai chef di hotel.
Aku menghembuskan nafas dan melihat keadaan sekelilingku. Di balik semak itu ada seorang pria sedang duduk membelakangiku. Postur tubuh, bentuk kepala dan rambut hitamnya yang aku kenal. Darel lee! Itu dia! Sedang apa dia disitu?
Kuputuskan untuk menghampirinya dan mengagetkannya dari belakang. Aku melangkah dengan pelan dan hati-hati agar ia tidak menyadari kehadiranku. Sampai di jarak 1 meter aku mengetahui  bahwa dia sedang berbicara dengan seseorang yang tidak dapat aku lihat. Mungkin lawan bicaranya sedang jongkok sementara Darel  duduk di bangku itu dengan nyaman. Sama sekali tidak sopan!
Maaf, selama 2 tahun ini aku pergi meninggalkanmu.” itu suara Darel .
Kamu kemana saja? Apa kamu tidak tahu bahwa aku begitu hancur?” jawab seseorang . suaranya tidak asing di telingaku. Dan , hey! Itu bukan suara seorang wanita. Tapi… suara Edgar.
Aku memilih bersembunyi di balik semak dan membatalkan niatku untuk mengagetkan Darel . Kurasa perbincangan ini sangat penting.
Maaf, Gar. Aku masuk rehabilitasi. Aku ingin sembuh, aku ingin normal seperti lelaki lain yang mencintai wanita sepenuh hati. ” itu suara Darel .
Dadaku berdegup kencang mendengar kata-kata itu. Jadi selama ini.. ah tidak! Tidak mungkin! Aku berusaha menipis pikiran negatif yang terus menjalari otaku.
Tapi kamu masih mencintai aku kan, Rel? Kamu tahu aku menunggu begitu lama? Disini aku juga belajar untuk mencintai wanita. Aku belajar cukup keras untuk mencintai Lanna. Tapi, seperti yang kau lihat sekarang. Aku tetaplah aku.” Itu suara Edgar.
DAG! Dadaku semakin berdegup tak karuan sampai aku merasakannya seolah-olah akan keluar dari tulang rusukku. Itu benar-benar Edgar? Dia selama ini…
Aku menggelengkan kepalaku kuat-kuat. Nafasku memburu tanpa bisa aku tahan. Kututup mulutku, berusaha menahan  agar suaraku tak terdengar.
Aku juga merasa seperti itu , Gar. 2 tahun rehabilitasi ternyata tak begitu berdampak untukku. Jantung ini masih berdegup kencang ketika aku melihatmu. Apalagi ketika aku melihatmu di apartement Lanna waktu itu.” balas Darel .
Terlebih aku, ketika melihat kamu begitu asyik bersama Lanna di London bridge. Sebenarnya aku cemburu bukan pada Lanna, tapi padamu , Rel.”  
            Cairan hangat itu mengalir di pipiku. Isak tangis yang aku tahan hanya membuat dadaku semakin sakit saja. Jadi, selama ini bukan cinta segitiga tapi lebih dari itu. lebih rumit dari itu! Aku mencintai Edgar dan Darel  , tapi Darel  mencintai Edgar , Edgar mencintai Darel . Dan selama ini aku hanya menjadi bahan belajar mereka? Mereka menggunakan aku sebagai latihan untuk dapat mencintai wanita?
“Aku punya suatu mimpi. Mimpi saat kita bisa bersama selamanya.” itu suara Darel lee.
Langkah kaki ini terasa bergetar ketika aku memutuskan untuk menghadapi Darel  dan Edgar. Aku berada di hadapan mereka sekarang.
Jahaaaat!”
Dengan air mata di pelupuk mataku, samar aku melihat Darel  dan Edgar berdiri melangkah mendekatiku.
Lan, dengarkan penjelasanku dulu.”pinta Darel lee seraya meraih tanganku. Tapi aku menepis dan menjauhkan lengan itu dariku.
Penjelasan apa lagi hah?! Semuanya sudah jelas! Aku dengar semuanya! Jadi.. selama ini masalahnya bukan aku yang mencintai kalian berdua. Tapi kalian yang mencintai satu sama lain. ” ucapku penuh nafsu.
Pantas saja waktu itu Edgar bilang kalau sangat menarik menemukan orang bermata sipit di London. Jadi maksudmu menarik secara hati? Hah?!” teriakku, pada Edgar.
Air mata ini terus mengalir. Aku memberontak ketika mereka mencoba untuk mendekatiku.
Jangan coba-coba!” teriakku lagi sambil mengacungkan jari telunjukku. Bisa kurasakan rambutku kacau, mukaku juga mungkin lebih kacau. Pipiku juga terasa lengket karena air mata.
Kulihat wajah oriental Darel lee. Dia tampan… tapi mengapa dia harus seperti ini? Lalu kulihat wajah Edgar, dia juga tampan. Wajahnya teduh dan mata coklatnya itu sangat memikat.
“Edgar, jadi ini orang yang kamu maksud meninggalkan kamu? Ini kekasih yang selama ini kamu sering ceritakan padaku?” tanyaku seraya menunjuk Darel.
Benar-benar tak habis pikir. Ternyata selama ini kekasih yang meninggalkan aku dan meninggalkan Edgar adalah orang yang sama! Padahal kami berdua sering berbagi cerita tentang hal itu.  Mungkin akan lebih normal rasanya apabila Darel menyelingkuhi aku dengan seorang wanita. Rasa sakitnya mungkin masih wajar, tapi ini… dia menduakan aku dengan seorang lelaki! Rasanya aneh dan mungkin lebih menyakitkan daripada aku mengetahui dia berselingkuh dengan wanita lain.
“Sekarang aku mengerti, benar! Memang ada beberapa mimpi di dunia ini yang lebih baik tidak jadi kenyataan.”aku berjalan mundur menghindari 2 lelaki jangkung di hadapanku.
Seperti kalian! Mimpi kalian untuk bersatu atau bahkan menikah lebih baik tidak jadi kenyataan! Paham?!” ucapku sambil menghampus air mata di pipiku dengan kasar.
Karena apa? Karena itu merusak ekosistem!” lanjutku menirukan apa yang dulu Edgar katakan.
lan, dengar penjelasanku dulu! Aku juga merasa ada sisi lain dalam diriku. Maksudku aku merasa ada 2 sisi dalam diriku yang saling bertolak belakang.” kulihat wajah tampan Darel  lee memelas sambil mengatakan kata-kata tadi.
Rel, kesempatan kamu sudah habis. Ini kesempatan terakhir yang kamu punya dan kamu telah menyia-nyiakannya. Semoga lain kali kita masih bisa bertemu.” aku memutar badanku dan berlari secepat kakiku membawanya. Berlari sampai aku merasa lelah… lelah… dan tak ada lagi sisa tenaga untuk menangis.
***
 TAMAT
london bidge :

No comments:

Post a Comment

jangan jadi silent reader, tinggalkan komentar atau mention @tersugakan